Dalam kehidupan bermasyarakat, mungkin kita sering mendengar
tentang kata Akhlak. Akhlak sendiri bisa diartikan dengan tingkah laku
atau budi pekerti yang sopan dan santun, tanpa akhlak maka manusia tidak
bisa menjadi makhluk yang mulia. Akhlak sendiri dibagi menjadi dua,
yaitu akhlak Mahmudah ( akhlak terpuji) dan akhlak Madzmumah (akhlak tercela).
Berikut ini beberapa macam dan penjelasan tentang akhlak mahmudah:
1. Al-Rahman, yaitu belas kasihan dan lemah lembut. Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 159 yang artinya: “Maka dengan rahmat Allah-lah engkau lemah lembut kepada mereka.”
2. Al-‘Afwu, yaitu pemaaf dan mau bermusyawarah.
Manusia tidak bisa lepas dari lupa dan kesalahan. Firman Allah dalam
surat dan ayat yang sama, yang artinya “…Sebab itu maafkanlah kesalahan mereka; dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.”
3. Amanah, yaitu terpercaya dan mampu menemmpati
janji. Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik berupa tugas,
titipan harta, rahasia, dan amanat lainnya, mesti dipelihara dalam arti
dilaksanakan sebagai mana mestinya. Demikian pula apabila berjanji,
hendaknya di tepati. Allah berfirman dalam surat al-Mu’minun ayat 8 yang
artinya, “Dan yang memelihara amanat dan janji mereka …”
4. Anisatun, yaitu manis muka dan tidak sombong.
Manis muka ini mungkin pembawaan sejak lahir. Namun bagi orang yang
tidak memiliki sifat demikian, dapat dipelajari dengan membiasakan manis
muka, karena orang yang suka berpaling itu kemungkinan dianggap
sombong, sedangkan orang yang sombong itu tidak disukai oleh Allah Swt
dan juga oleh manusia. Allah berfirman dalam surat Lukman ayat 18 yang
artinya: “Dan janganlah engkau memalingkan mukamu terhadap manusia,
dan janganlah berjalan di muka bumi ini dengan angkuh, sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
5. Khusyu’ dan Tadarru’,
yaitu tekun tidak lalai dan menundukan atau merendahkan diri terhadap
Allah Swt. Sikap ini seringkali dikhususkan dalam shalat atau ibadah
mahdlah lainnya. Misalnya diwaktu shalat itu hendaknya ada konsentrasi
pikiran yang terpadu dengan apa yang diucapkan dan dirasakan dalam hati,
sehingga tidak lalai dan melamun. Tidak tergesa-gesa namun hendaknya
tuma’ninah, dapat dirasakan ketika bersujud dan ketika berdo’a. Allah
berfirman dalam surat Al-Mu’minun ayat 2 yang artinya “Orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” Dalam surat Al-Araf ayat 55 yang artinya, “Bermohonlah kepada Tuhan dengan merendahkan diri dan rahasia suara jiwa.”
6. Al-Haya, yaitu malu kalau diri tercela. Perasaan
malu terhadap Allah apabila melakukan terhadap ma’siyat, meskipun
tersembunyi dari pandangan manusia. Demikian pula tidak berani
meninggalkan kewajiban. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 108 yang
artinya, “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi tidak ersemunyi dari Allah, karena Allah bersama mereka…”
7. Al-Ikhwan dan Al-Ishlah, yaitu
persaudaraan atau perdamaian. Antara orang yang beriman dengan yang
beriman lainnya bersaudara. Allah berfirman dalam surat al-Hujurat ayat
10 yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
bersaudara. Sebab itu demikianlah (perbaikilah hubungan) antara keduanya
dan bertakwalah kepada Allah, mudah-mudahan kamu mendapat rahmat (dari
pada-Nya).”
8. Al-Salihat,
yaitu berbuat baik atau amal shaleh. Seseorang dikatakan beramal soleh,
apabila ia mengerjakan pekerjaan yang dibolehkan oleh syara’, disertai
ilmunya dan dengan niat yang ikhlas. Mungkin nampaknya pekerjaannya
baik, namun niatnya buruk misalnya, maka bukanlah amal shalih, mungkin
penipu atau berbuat munafik. Yang jelas ketiga persyaratan itu harus
dipenuhi baik oleh wanita atau pria sama saja. Firman Allah dalam surat
al-Nisa ayat 124 yang artinya, “Dan siapa yang mengerjakan perbuatan
yang baik, baik laki-laki maupun perempuan dan ia beriman, maka orang
itu masuk dalam surga, dan mereka tidak dirugikan sedikitpun.”
9. Al-Sabru,
yaitu sabar. Sabar ini terhadap 3 macam hal, yaitu sabar dalam
beribadah, ialah dimulai dengan niat yang ikhlas, ketika beramal tidak
lupa kepada Allah, sanggup menghadapi berbagai rintangan baik dari dalam
maupun dari luar. Kemudian shabar dalam menjauhkan diri dari perbuatan
ma’siyat, tidak tertarik dengan godaan duniawiyah yang jelas tidak
diperbolehkan dengan agama dan sabar yang ketiga adalah shabar dalam
mendapat musibah, kemungkinan belum tercapainya cita-cita, tidaklah
berputus asa, juga ditimpa malapetaka. Musibah yang menimpa manusia ini
juga ada 3 macam, yaitu kemungkinan siksaan bagi orang yang berdosa,
peringatan bagi orang mukmin yang lalai dan ujian bagi orang-orang yang
shalih. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 153 yang artinya, “Hai
orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan shabar dan
mengerjakan shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang shabar.”
10. Al-Ta’awun, yaitu tolong menolong. Tolong
menolong merupakan ciri kehalusan budi, kesucian jiwa dan ketinggian
akhlak, memudahkan saling mencintai dan saling mendo’akan satu sama
lain, penuh solidaritas dan penguat persaudaraan dan persahabatan.
Firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 2 yang artinya, “Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikkan dan takwa, dan janganlah bertolongan dalam dosa dan permusuhan.”
Demikianlah sebahagian akhlak terpuji yang disertai ayat-ayat
al-Qur’annya, dan masih banyak lagi sifat-sifat yang baik yang terdapat
dalam al-Qur’an maupun dalam hadits, seperti: al-Alifah, yaitu disenangi; al-Diyafah, yaitu menghormati tamu; al-Hilm, yaitu menahan diri dari ma’siyat; al-Muru’ah, yaitu berbudi tinggi; al-Nadzafah, yaitu bersuci/bersih; al-Sakhau, yaitu pemurah; al-Salam, yaitu sejahtera/ sentosa; al-Siddiq, yaitu bersikap jujur; al-Syaja’ah, yaitu berani karena benar; al-Tawadlu’, yaitu rendah hati terhadap sesama manusia dan banyak lagi sifat-sifat terpuji lainnya.Sumber : http://pusko4u.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar